Sepasang Kekasih Saling Menawan Hati Kemudian Beranak Pinak di Sangkring Art Space

Sabtu, 29 Juni 2013 22:15 WIB

YOGYAKARTA. Pameran tunggal tiga seniman Yogjakarta Jumat malam kemarin (31/5) resmi dibuka di Sangkring Art Space Gallery , Bantul, Yogyakarta. Rintik hujan tidak mengurangi meriahnya rilis pameran yang dipandu oleh Trio Kirik;  Samuel Indratma, Oei Hong Djien, dan Putu Sutawijaya. Pameran ini digelar mulai Jum’at, 31 Mei hingga Sabtu, 16 Juni 2013. Meski mengusung konsep pameran tunggal, sebenarnya pameran ini tidak benar-benar tunggal. Adalah karya-karya bertajuk  “Setunggal; Sepasang Kekasih” Basrizal Albara di halaman depan, “Menawan Hati” Bambang Herras di ruangan di lantai bawah, dan “Beranak – Pinak” Yuswantoro Adi di ruangan di lantai atas Sangkring Art Space. Dengan kata lain, tiga pameran tunggal yang dipamerkan bersama namun di ruangan terpisah.

Sebuah slide melalui proyektor menampilkan dokumentasi seorang pria memegang mesin grenda. Tangannya sibuk mengukir dan memahat motif pada tumpukan batu-batu besar. Kemudian muncul pula gambar ia menari-nari di atas batu ukirannya yang diangkat dengan crane. Pria dalam slide itu adalah Basrizal Albara. Slide tersebut adalah dokumentasi Albara ketika menggarap sebuah mahakarya berupa patung tertinggi yang pernah dibuat di Indonesia.

Inilah mahakarya “Setunggal: Sepasang Kekasih, Pasrah Marang Gusti” karya Basrizal Albara yang menampilkan  satu karya berukuran super besar dan tinggi berbahan batu marmer yang disusun berundak-undak. Tinggi dari patung ini mencapai 9 meter dengan ukuran alas 2,5 x 3 meter. Susunan batu terlihat membentuk manusia ‘raksasa’ yang sedang berdiri berpelukan. Patung ini diletakkan persis di halaman depan Sangkring Art Space.

image

Patung tinggi menjulang ini berupa dua bongkahan batu yang ditumpuk menyerupai pinggul manusia dan ditopang enam batu kokoh yang menyerupai kaki gajah lengkap dengan jari dan pahatan kuku. Di bagian dada dilubangi mirip gambar jantung. Di dua kepala patung pun dipahatkan mahkota. Meski menyerupai dua manusia, patung ini hanya memiliki satu tubuh, sepasang tangan dan satu hati. “Ini adalah narasi penyatuan jiwa dan raga yang matang” ujar Dio Pamola, kurator pameran. “Bagian vital patung ini menyatu seperti kembar siam,” lanjutnya.

Sesuai temanya, berserah pada Yang Maha Kuasa, pasrah marang gusti, motif batik Kawung bergambar bunga Aren dipilih Albara untuk memaknai bahwa kehidupan akan kembali pada alam. Jaman dulu kain batik Kawung digunakan untuk menutupi tubuh orang meninggal. Sepasang kekasih, jalinan asmara dan kasih sayang yang abadi dianggap Albara sebagai gambaran hubungan yang kekal hanya berakhir oleh kematian. Albara mengungkapkan pilihannya menggarap batu-batu besar memiliki tantangan tersendiri. Mahakaryanya ini mungkin bisa disandingkan dengan monumen Stonehenge di Inggris.

Masuk ke ruangan di lantai satu Sangkring Art Space, Bambang Herras, seperti karya-karyanya yang bertajuk “Menawan Hati”, memang menarik perhatian. Ia menampilkan gambar wajah-wajah yang dia kenal, atau orang lain yang mengenalnya, atau masing-masing wajah yang dia gambar saling mengenal. Wajah yang dikenal, bukan hanya oleh Herras, mungkin oleh banyak orang, dan sejumlah wajah lainnya, termasuk juga wajahnya sendiri yang bagi Bambang Herras ‘menawan hati’. Herras ‘menawarkan’ cara baru untuk bersahabat sekaligus berkarya.

image

Media yang digunakan selain kanvas, ada kayu seukuran pintu rumah. Misalnya, sosok dokter dan pengusaha tembakau, Oei Hong Djien, oleh seniman yang pernah terpilih sebagai nominator 100 Besar Kompetisi Seni Lukis Philip Morris Art Award di tahun 1999 ini dengan ‘menawan hati’ digambar di kayu dengan skala 1:1 menggunakan teknik tatah negatif. “Sepengetahuan saya, teknik tatah negatif ini belum pernah ada yang mencoba,” ujar Herras dalam rilisnya. Ia terlihat bangga dan puas dengan pencapaiannya ini.

image

“Kalau Heras serius, maka bisa dilihat karyanya bagus dan bisa diandalkan. Artistik juga kan?” kata Samuel Indratama saat memandu pembukaan pameran. Herras juga memajang puluhan karya sketsa. Hampir 80 hasil coretannya, di berbagai media lukis; kertas samson, kanvas dan kayu bulat,  yang turut dipajang. Kesemua wajah-wajah yang digambar itu adalah wajah para sahabat yang selama ini, bagi pelukis berambut gondrong ini, mewarnai kehidupannya.

Menuju ruangan atas galeri seni yang terletak di daerah Nitiprayan, Bantul, tepat di ujung tangga sebuah giant banner bergambar foto Yuswantoro Adi sedang berkacak pinggang. Tulisan besar dan unik tercetak di banner ini: “WELKOM NDIK SINI, DI DAERAH KEKUASAAN YUSWANTORO ADI”. Di lantai dua inilah Yus, sapaan akrab Yuswantoro Adi, memamerkan karya lukisnya yang diberi judul “Beranak Pinak”. “Bambang Herras terlanjur sudah dikenal sebagai soulmate saya. Dimana ada Yuswantoro Adi pasti ada Bambang Herras, pun sebaliknya. Kami sepakat mengusung tema berbeda, tapi syaratnya harus saling mengisi, melengkapi bahkan mungkin bersaing. Saya memilih tema Beranak-Pinak,” ujar pelukis yang aktif mengajar di Taman Budaya Yogyakarta.

image

Mengutip rilis Yuswantoro dalam sebuah narasi bahwa Beranak-Pinak adalah trilogi lukisan: “Meteng Bareng” “Madhang Bareng” dan  “Metengi Bareng”. Meteng dalam bahasa Jawa berarti hamil, namun dalam konotasi hamil yang kurang baik karena meteng juga berasal dari kata sifat peteng yang artinya gelap. Madhang juga memiliki dua pengertian: makan dan bersifat menerangi. Lalu apa jadinya setelah hamil dan makan bersama, kemudian menghamili secara bersamaan? Itulah pertanyaan yang mendasari pameran trilogi lukisan ini.

image

Dengan teknik lukisan halus, pria peraih grand prize Winner Phillip Morris ASEAN Art Award 1997 di Manila ini menggambarkan sosok manusia meteng (hamil). Bukan hanya perempuan yang hamil, Yus sendiri tampil dalam kondisi hamil bersama sejumlah perempuan. Dalam pameran ini, Yuswantoro memang hanya menyajikan beberapa karya ‘hamil’, selebihnya karya lama seperti uang majapahit dan sketsa kertas yang merupakan proses awal sebelum digambar di kanvas.

image

Melalui karya-karyanya,Yus memaparkan secara visual dan harfiah tentang kehidupan manusia yang berhubungan dengan anak dan beranak. “Sesungguhnya saya ingin mengatakan bahwa kesenian dan kebudayaan ternyata bisa beranak pinak juga. Karya yang melahirkan karya baru. Bereproduksi bahkan berkesinambungan. Tiga lukisan yang saya pamerkan sangat mungkin punya anak, bercucu, dan seterusnya”, katanya. Pria plontos yang karya-karyanya banyak memuat kritik sosial, melalui karyanya kali ini Yus mengungkapkan hidup tidak hanya seputar hamil secara fisik, namun juga persoalan sosial yang dibawa dari kehamilan, tentang pemenuhan kebutuhan (madhang/makan) dan menambah jumlah penduduk.

AYYU M. FIKRIYAH
Feature (bebas)
09.1.01.07.0028
4D

KEDAULATAN RAKYAT KORANNYA ORANG JOGJA

Kedaulatan Rakyat adalah Koran lokal yang beredar di kawasan Yogyakarta. Koran merupakan industri media yang telah dikenal oleh berbagai kalangan masyarakat di Yogyakarta. Hal tersebut dikarenakan Kedaulatan Rakyat sudah ada sejak lama seiring dengan perkembangan Kota Yogyakarta. Masyarakat Yogyakarta sudah cukup familiar dengan keberadaan KR dalam kehidupan sehari-hari. Koran ini memiliki semboyan Suara Hati Nurani Rakyat. KR ini sendiri mengusung jargon bahwa mereka adalah Koran lokal yang hanya bernaung di wilayah Jawa Tenga bagian selatan seperti Yogyakarta , Magelang, Purwokerto , Kulon Progo, Gunung Kidul, Purworejo tapi ada beberapa yang dikirim ke Jakarta . Tapi kadar penyebaran mereka di Jakarta hanya sedikit volumenya.Itu disebabkan mereka adalah Koran khusus yang sebagian besar berisi mengenai kabar Yogyakarta terkini. 

Kedaulatan Rakyat (KR), didirikan H. Samawi dan H Soemadi Martono Wonohito, adalah surat kabar harian yang terbit di Yogyakarta. KR terbit sejak 27 September 1945. Perusahaan surat kabar KR dipimpin oleh H. Soemadi M. Wonohito. Surat kabar KR terbit tiap harinya dengan jumlah halaman yang awalnya hanya 16 halaman, namun ditambah menjadi 24 halaman, dan oplah lebih dari 125.000 kopi. Sekarang KR  dikelola oleh PT. BP Kedaulatan rakyat dan dikelola 5 direksi, 60 karyawan, dan 120 wartawan.

Koran Kedaultan Rakyat (KR) tidak akan go nasional karena ingin menjaga ikon kota Jogjakarta sebagai kota pendidikan. Dalam kegiatan yang dilakukan KR juga memberikan kesempatan kepada pelajar dan mahasiswa jogja untuk belajar di dunia media massa. Kegiatan ini dimaksudkan untuk tetap menjaga ikon kota jogja sebagai kota pendidikan. Selain itu KR untuk memberikan ruang untuk para pembaca sesuai dengan jenjang usia. Terbitnya juga diatur menurut harinya.

Koran Harian Kedaulatan Rakyat memuat rubrik Kaca untuk remaja serta berita sosial, politik, budaya, dan olahraga. Harian kedaulatan rakyat tidak memberitahukan langkah – langkah yang diambil saat menghadapi krisis ekonomi 10 tahun lalu , hingga bisa bertahan sampai saat ini karena merupakan rahasia perusahaan. Harian Kedaulatan memiliki solusi menghadapi persaingan media cetak maupun elektronik antara lain dengan cara menginformasikan berita yang up to date, serta mengadakan sosial kontrol dan tidak menambahkan penilaian yang negatif terhadap sesuatu pada berita yang disajikan. Bila harian Kedaulatan Rakyat ini tidak memberikan berita yang up to date, maka orang cenderung untuk membeli Koran harian lainnya, oleh karena itulan harian ini selalu menyajikan berita yang up to date. Harian Kedaulatan Rakyat juga ikut berperan serta dalam mendukung program pendidikan bagi anak – anak dan remaja dengan cara membuat Rubrik pendidikan bagi remaja yang suka menulis dan mengarang. Serta dengan program sosial pendidikan di pelosok desa. 

Harian Kedaulatan Rakyat juga mengadakan kerja sama dengan sekolah – sekolah dalam meningkatkan minat baca murid- murid melalui program reporter remaja. Harian Kedaulatan Rakyat mengambil langkah – langkah nyata untuk mendukung aksi anti korupsi yaitu dengan cara menginformasikan berita mengenai korupsi yang terjadi baik dalam pemerintahan maupun perorangan sehingga pembaca sadar mana yang baik dan mana yang buruk untuk dilakukan dan menjadikan pembaca cenderung ingin melakukan hal yang baik dan meninggalkan hal – hal yang buruk untuk dilakukan.

Wahyu Tri Suseno (09.1.01.07.0157)

Perempuan-perempuan “Roso” Bringharjo ( oleh Zaenab)

 

Bringharjo merupakan salah satu pasar terbesar yang terletak di daerah istimewa Yogjakarta, tepatnya di daerah sekitar Malioboro. Banyak pedagang dan pengunjung yang suka membanjiri pasar Bringharjo, mulai dari kalangan anak-anak, remaja, dewasa, orang tua. Karen disana banyak barang-barang yang menarik untuk diperjual belikan. Pasar Bringharjo bukan hanya pasar tradisional dengan transaksi tradisional disini juga terdapat pusat grosir yang menyediakan berbagai macam barang terutama pakaian. Karena menjadi sentral jual-beli dengan skala besar pasar ini juga memiliki lokasi yang sangat luas.

Berbagai jenis barang diperdagangkan disini. Mulai dari jajanan khas Jogya, baju-baju batik, sandal, sepatu, beragam aksesoris dan masih banyak yang lainnya. Tersedianya berbagai jenis barang yang diperdagangkan membuat pasar ini tidak pernah sepi pengunjung. Berjubelnya pengunjung di pasar ini juga memunculkan berbagai profesi selain penjual. Salah satunya tukang gendong.

Kalau pengunjung ke pasar Bringharjo pastilah bertanya-tanya mengapa banyak perempuan-perempuan tua berseliweran kesana-kemari membawa “jarik” sejenis selendang dengan motif batik. Kadang mereka mengangkuti barang belanjaan pengunjung pasar Bringharjo. Iya, perempuan-perempuan perkasa itu adalah juru gendong Bringharjo, profesi yang ada dampak dari kegiatan jual beli di Bringharjo.

Image

Rata-rata juru gendong di pasar Bringharjo adalah wanita yang sudah lanjut usia. Salah satu juru gendong di pasar ini bernama Mbah Lajiyem. Dilihat dari kondisi fisiknya, Mbah Lajiyem kira-kira berusia 65an tahun, Mbah Lajiyem sendiri tidak ingat kapan tanggal lahirnya. Karena Mbah Lajiyem tinggal di daerah Kalasan, ia harus memulai aktivitasnya jauh lebih pagi dari rekan-rekannya. Nenek yang tidak memiliki keturunan ini harus bekerja lebih keras untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya sendiri.

Itulah juru gendong Bringharjo, salah satu warna profesi di bringharjo. Potret perempuan-perempuan perkasa yang tidak tersentuh modernisasi. Mbah-mbah mulia yang hanya berimbalan seikhlasnya dari pengguna jasanya. Yang selalu menebar senyuman meskipun tak ada se-sen pun di tangan.

SANTAPAN (ALA) NUSANTARA (oleh Onik Sam Nurmalaya)

Image

Jum’at, 31 Mei 2013 menjadi moment menggembirakan bagi mahasiswa tingkat 4 prodi Bahasa dan Sastra Indonesia. Tidak hanya karena para mahasiswa tengah melakukan kunjungan sebagai salah satu syarat mendapatkan nilai dalam mata kuliah praktek jurnalistik, namun di hari tersebut mahasiswa dapat melakukan traveling singkat untuk menghilangkan sedikit penat yang menjadi beban keseharian selama melakukan aktivitas perkuliahan.

Kunjungan tersebut dilaksanakan di kota Jogjakarta. Selama satu hari diawali dari Pantai Parangtritis, dilanjutkan ke Media Masa Kedaulatan Rakyat sebagai lokasi utama, lalu beranjak di pusat belanja kota Jogja yaitu malioboro, menjadikan satu hari itu sangat menyenangkan.

Dalam setiap perjalanan, hal yang tak bisa lepas selain sarana dan prasarana, yang lebih penting dan ide paling utama, tak lain dan tak bukan adalah kuliner. Perjalanan wisata apapun, pasti kuliner menjadi cerita tersendiri yang menyempurnakan kisah traveling. Begitu juga dalam kunjungan di Jogjakarta, mendapatkan 3 kali santapan di dua tempat yang berbeda, dengan 3 menu yang berbeda pula, menjadi kesyukuran yang luar biasa..

Menu pagi, para mahasiswa nusantara disajikan sarapan khas nusantara yang sederhana namun syarat akan gizi yang cukup, yaitu ayam bakar dan sayur sop, serta kerupuk yang tak bisa lepas untuk lauk sehari-hari. Pedas sambal dengan kesegaran teh ala Jogja semakin melengkapi sarapan pagi itu.

Masih di tempat yang sama, Rumah Makan Numani Jogjakarta, menu makan siang adalah sayur asem yang segar dengan lauk kerupuk dan ayam bumbu kecap. Yang tak kalah luar biasanya adalah menu makan malam yang sangat menggiurkan di Rumah Makan Putra Jatim Solo. Krengsengan sayur, sambal goreng tahu tempe, mi goreng, dengan lauk nuget ayam, meningkatkan nafsu makan di malam yang melelahkan dalam perjalanan pulang menuju Kediri kala itu.

Rasa syukur akan segala nikmat dihaturkan kepada Allah yang Maha Kasih karena mahasiswa masih bisa menikmati nikmatnya makanan yang sehat dan luar biasa.

Emak-emak tulungin aye…! (oleh Rita Sa’idah)

Image

Yogjakarta, 07 juni 2013

                Emak Bringharjo……?,,Siapa yang tidak kenal dengan sebutan “Bringharjo”.

Bringharjo merupakan salah satu sebutan nama pasar yang terletak di daerah istimewa Yogjakarta, tepatnya di daerah sekitar Malioboro. Banyak pedagang dan pengunjung yang suka membanjiri pasar Bringarjo, mulai dari kalangan anak-anak, remaja, dewasa, orang tua. Karen disana banyak barang-barang yang menarik untuk diperjual belikan.

                Salah satu ciri khas pasar Bringharjo yaitu edang yang menjual banyak berbagai motiv batik dan barang-barang yang bercirikas Yogjakarta. Selain itu banyak juga makanan atau jajanan yang diperdagangkan isanan,pasarnya pun cukup luas terdiri dai beberapa lantai “nmun saat saya berkunjung di pasar Bringharjo tidak sempat naik ke lantai-lantai yang ada di pasar tersebut “ujar mahasisiwa UNP Kediri yang waktu itu berkunjung di pasar Bringharjo, tepatnya pukul 17.00  WIB”.

                Namun  di pasar Bringharjo ini kramaiannya sangat berbeda dengan paasr-pasar yang lain. Salah satunya dimana ada pembelil disana ada tukang yang bekerja menggendong atau membawakan barang-barang yang dibeli oleh pengunjung, yang lebih menakjubkan para pekerja yang mengabdi sebagai tukang gendong barang belanja pengunujung yaitu nenek- nenek yang sudah tua keriput berusia sekitar 60 sampai 70 tahun.  Kemarin ada salah satu conthnya yaitu  Mbah Lajiyem yang usianya sudah sekitar 65 tahun, beliau bekerja sebagai tukang gendong barang bawaan pembeli di Pasar Bringharjo, jasanya sangat dibutuhkan oleh para pembeli yang kualahan membawa barang blanjaannya.

“Nami kulo Lajiyem, kulo tengmriki nyambut damel pados arto damel maem bendinten.Kulo ngenteniki namung angsal arto kadang nggih Rp 70.000,- kadang nggih Rp 100.000,- mboten mesti perharine angsal piten.” Mbah Lajiyem menjawab beberapa pertanyaan yang di lontarkan oleh mahasisa UNP Kediri saat melakukan kunjungan study tour I pasar Bringharjo.

Ternyata mereka tlaten untuk melakukan pekerjaan menggendong barang bawaan pengunjung yitu dengan niat bekerja untuk mencari uang bahakan untuk mencukupi kebutuhan keluarga. Salaha satu contoh mbah Lajiyem tadi, alaupun sudah tua renta beliau tetap semangat untuk bekerja demi tercukupi kebutuhan ekonominya.

PARANGTRITIS ROMANTIC BEACH (oleh Silvia Dwi P)

Yogyakarta merupakan salah satu kota di Indonesia yang terkenal sebagai kota pendidikan dan kota wisata. Beragam objek wisata terdapat di Kota yang berjulukan Daerah Istimewa ini, diantaranya terdiri dari wisata kuliner, wisata belanja, wisata sejarah dan juga memiliki beberapa objek wisata alam. Salah satu objek wisata alam yang terkenal di Jogja adalah wisata pantai                                                         parangtritis.

Kawasan wisata Pantai Parangtritis terletak di Desa Parangtritis, Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul, Jogjakarta, sekitar 27 km sebelah selatan Kota Jogjakarta dengan jalan yang relatif datar sehingga sangat mudah dicapai. Dari arah Kota Yogyakarta terdapat dua jalur yang dapat dilalui untuk mencapai kawasan ini. Jalur yang pertama adalah jalur lurus Jogjakarta – Jalan Parangtritis – Kretek – Parangtritis. Jalur ini merupakan jalur utama yang biasa digunakan wisatawan maupun masyarakat luas pada umumnya.

Parangtritis adalah sebuah pantai yang landai dan mempesona dikombinasikan dengan bukit berbatu, bukit pasir, dengan pasir berwarna hitam. Pantai Parangtritis yang cantik memiliki banyak fenomena yang menarik, baik pemandangan alamnya maupun kisah supranaturalnya. Ombak Parangtritis selalu membawa kayu dan bambu menuju darat yang mungkin berasal dari pantai lain di dekatnya. Beberapa kayu diambil dan dibawa oleh penduduk setempat untuk kemudian digunakan di rumah mereka sendiri. Pantai Parangtritis juga merupakan sebuah kawasan wisata yang sempurna untuk menikmati matahari tenggelam (sunset) yang sangat romantis.

Image

Dibalik keindahan dan pesonanya, pantai Parangtritis ternyata mempunyai beberapa cerita mistis yang menakutkan dan menyeramkan bagi beberapa orang. Pantai Parangtritis ini sangat lekat dengan salah satu sosok yang sangat dianggap keramat bagi masyarakat Yogyakarta yaitu sosok dari Nyai Roro Kidul yang disebut – sebut sebagai penguasa pantai selatan di pulau jawa. Sosok dari Nyai Roro Kidul tersebut diceritakan sebagai penghuni kawasan pantai selatan.
Tak sedikit masyarakat yang berwisata di pantai ini yang tewas karena berenang ataupun berada di sekitar bibir pantai. Banyak dugaan yang timbul di kalangan masyarakat yang menyebutkan bahwa hilangnya para wisatawan tersebut akibat ditangkap atau diambil oleh pasukan dari Nyai Roro Kidul. Yang sangat aneh adalah setiap orang yang tenggelam di kawasan pantai Parangtritis ini mayatnya sangat sulit untuk ditemukan hari itu juga, tetapi mayat orang – orang yang tewas akibat tenggelam tersebut ditemukan setelah dua atau tiga hari menghilang dan ditemukan tidak jauh dari tempatnya hilang. Ada cerita lain juga dari beberapa masyarakat yang menyebutkan bahwa jika datang di pantai ini tidak boleh mengenakan baju berwarna hijau, jika siapa saja yang mengenakan baju berwarna hijau maka akan di tarik secara tidak sadar ke tengah laut oleh Nyi Roro Kidul dan kisah ini dibenarkan oleh beberapa masyarakat yang tinggal disekitar pantai ini. Cerita ataupun kisah – kisah mistis tersebut ternyata tidak begitu membuat orang takut untuk datang ke pantai ini malah sebaliknya semakin penasaran tetapi harus tetap mematuhi aturan – aturan yang sudah ada jika tidak bisa jadi kisah misteri tadi dapat terjadi pada anda.

Fasilitas di kawasan wisata ini sudah cukup lengkap. Di sekitar pantai, terdapat banyak sekali hotel dan penginapan dengan berbagai range harga, termasuk hotel dan penginapan yang terletak di atas bukit yang menawarkan pemandangan pantai yang sangat indah. Di sekitar kawasan pantai, Anda juga bisa menemukan berbagai macam toko souvenir dan oleh-oleh khas Jogjakarta (Bantul), toko-toko kelontong, dan warung-warung makan dengan harga yang sangat terjangkau.

Kawasan wisata Pantai Parangtritis juga menyediakan lahan parkir yang luas dan penyewaan kamar mandi. Sedangkan di bibir pantai Anda bisa menyewa dokar (kereta kuda), motor ATV, kuda, maupun paralayang yang sangat menantang adrenalin. Berfoto-foto di kawasan gumuk pasir membuat Anda seolah-olah sedang berfoto-foto di gurun pasir di Afrika, tak heran tempat ini sering digunakan untuk foto-foto prewedding. Disarankan Anda tidak berenang terlalu ke dalam, karena ombak Pantai Parangtritis cukup berbahaya.    

Tiket masuk kawasan wisata Pantai Parangtritis (meliputi seluruh kompleks) adalah Rp. 3000, – per orang ditambah biaya asuransi sebesar Rp. 250, – per orang. Sedangkan retribusi untuk sepeda motor adalah Rp. 500, -, mobil Rp. 1000, -, dan bus pariwisata Rp. 2000, -. Untuk menyewa kuda atau dokar, Anda bisa membayar Rp. 20.000, – untuk satu kali putaran bolak balik, dan untuk menyewa mobil ATV tarifnya adalah sekitar Rp. 50.000, – hingga Rp. 100.000, – per setengah jam. (SILVIA DWI PUSPITASARI_09.1.01.07.0140)

Si Pedas Manis Dan Si Bulat Pathok Khas Jogja

Jogjakarta merupakan salah satu daerah di indonesia yang memiliki nilai budaya yang sangat kental dengan berbagai corak kehidupan. Jogjakarta manjadi tempat tujuan para wisatawan dalam negeri maupun luar negeri, hal ini menjadikan daerah Jogjakarta manjadi icon dimata dunia. Jogja terkenal kota gudeg, makanan khas jogja ini menjadi salah satu menu andalan disetiap rumah makan dijogja. Di sepanjang jalan malioboro berjejeran aneka makanan yang dijual, mulai dari sate kere sampai si pedas manis sambal khas jogja.

Tak dipungkiri lagi salah satu mahasiswa UNP Kediri manikmati si pedas manis itu, “ini merupakan makanan yang unik,pecel yang dicampur dengan bacem tahu,baru saya ketahui dikota jogja”, ujar Mahasiswa tersebut. Makanan pecel jogja memang unik,bukan hanya sayur- sayuran yang tersaji melainkan dicampur dengan si hitam bacem, bacem yang bahan utama tahu itu rasanya sangat menggoda, tekstur yang lembut dan manis itu manjadikan pecel tersebut manjadi  nikmat bila dimakan bersamaan. Berbagai macam sayuran manjadi satu, mulai dari bayam,daun singkong,daun pepaya, dan si pahit kembang turi dan masih banyak lagi. Satu porsi pecel dihargai Rp.7000 lengkap dengan bacem tahu.

Depan pasar pringharjo tersebut banyak penjual pecel berjejeran. Pemandangan yang tak lazim malihat penjual pecel saling berdempetan,serasa tak bersaing satu sama lain. Keunikan tersendiri bukan rasa pecel yang khas tetapi juga penjual pecel yang ramah menjadi nikmat. Bila berjalan-jalan di malioboro tidak lengkap rasanya kalau tidak bersinggah kejalan malioboro, apa yang di inginkan semua tersaji disana.

Selain kuliner yang khas dikota jogja, salah satu oleh-oleh khas joga yaitu bakpia pathok, banyak penjual bakpia pathok disepanjang jalan kota jogja, salah satunya pusat oleh-oleh terbesar di jogja yaitu di java, banyak menyajikan berbagai oleh-oleh khas jogja mulai dari bakphia,dodol, sampai emping kacang. Banyak tersaji aneka merk dan rasa bakphia patok. Bakphia terdiri dua pilihan yaitu kering dan basah, dan banyak pilihan rasa mulai dari kacang ijo,pandan, keju, ketan hitam sampai ubi ungu. Si bulat pathok itu memiliki tekstur lembut dan kasar,Meskipun harga relatif mahal tetapi rasa yang menggoda tak jadi penghalang untuk menikmatinya.

Posted by : Ulfatul Janah

Tiga Ribuan Sampai Jutaan (oleh Tanti Yuliani)

Image

DSC08967 (FILEminimizer)

Plesir ke Jogja belum lengkap kalau belum ke Malioboro, lebih tidak lengkap kalau tidak mengunjungi tempat yang satu ini pusat perbukuan. Surga bagi para penggila buku, kutu buku, dan penggila buku murah. Puluhan kios buku, ribuan jenis buku bahkan jutaan buku dapat ditemukan di tempat ini.

Buat pengunjung yang masih awam dengan dengan kota Jogja, jangan sampai tertipu tukang becak karena jarak pusat perbukuan dengan alun-alun jogja tidaklah jauh. Cukup berjalan kaki kurang lebih 10 menit dari alun-alun kota, pengunjung sudah dapat menjangkau tempat ini. pusat perbukuan ini berdiri tepat berada di belakang taman pintar dan bersebelahan dengan teater

Berbagai macam buku terdapat disini. Dan yang lebih menggiurkan lagi pusat perbukuan ini tidak menimbulkan efek samping kantong kering. Harganya yang sangat terjangkau membuat pusat perbukuan ini tidak pernah sepi pengunjung. Bayangkan hanya dengan tiga ribu rupiah pengunjung bisa membawa pulang sebuah buku.

Salah satu toko yang memberi keistimewaan itu adalah toko buku Raja Murah 2. Sesuai namanya, toko ini menyediakan buku-buku murah dengan kualitas yang tidak murahan. Tiap pembelian jenis buku apapun pembeli akan mendapat diskon 30% – 70 %.

Koleksi buku di TB ini mencapai ribuan. Harganya juga beragam mulai dari 3 ribuan sampai jutaan. Dari buku bacaan ringan sampai buku-buku ilmu pengetahuan. Komik Crayon Sinchan sampai buku-buku kedokteran, ada di TB ini.

Hanya saja di TB Raja Murah 2 ini tidak melayani jual beli buku bekas. Semua koleksi buku di toko ini disuplai langsung oleh agen-agen penerbit buku. Tapi jangan khawatir, para pengunjung yang memburu buku-buku lama yang mungkin sudah tidak terbit bisa menemukannya di lantai 2 pusat perbukuan ini. sebagian besar TB di lantai 2 menjual buku-buku bekas yang harganya jauh lebih murah dari buku-buku di TB lantai 1.

Image Cukup membayar Rp15.000 pengunjung bisa membawa pulang buku ini. Jadi ke Jogja jangan hanya mampir ke Malioboro ingatlah tempat yang satu ini, tempat bermanfaat yang tidak bikin dompet sekarat.

ADA BU MINI DI PUSAT PERBUKUAN YOGYAKARTA. (by Suci Purbatin)

DSC08971 (FILEminimizer)Apakah anda merupakan salah satu orang yang mengaku gila informasi? kalau benar bagaimana cara agar anda dapat memuaskan rasa keingintahuan tersebut?. Pertanyan tersebut tentunya tidaklah sulit untuk dijawab bagi mereka yang gila akan informasi. Dan membaca merupakan jawaban yang kebanyakan mereka pilih. Dengan membaca seseorang dapat mengetahui semua kejadian atau peristiwa yang terjadi didunia, tanpa harus berada didekat atau waktu kejadian itu berlangsung. Karena masing-masing orang memiliki tujuan yang berbeda dalam membaca, maka dalam memilih bacaan disesuaikan dengan kesenangan, situasi, dan umur dari pembaca itu.

Selain karena hobi, maraknya program pemerintah untuk gemar membaca merupakan salah satu faktor yang membuat banyak orang yang gila membaca. Tidak hanya pelajar atau mahasiswa saja, orang tua saat ini juga tidak mau ketinggalan informasi. Hal inilah yang menyebabkan kebutuhan buku semakin banyak, walaupun variasi buku yang bermunculan tidak kalah banyaknya. Kebutuhan akan buku-buku tersebutlah yang menyebabkan sekarang ini banyak bermunculan pusat-pusat perbukuan disetiap kota. Dan salah satu pusat perbukuan yang terkenal adalah pusat perbukuan atau Shopping Centre yang terdapat di Yogyakarta.

Pusat berbukuan yang terletak di Jalan Senopati No. 3 Yogyakarta atau di sebelah selatan Pasar Beringharjo dan sebelah timur Benteng Vredeburg inilah, salah satu referen bagi mereka yang gila membaca. Dipusat buku tersebut tidak hanya dijual buku-buku baru tetapi juga buku-buku bekas yang masih layak dibaca. Harga yang ditawarkanpun cukup bervariasi, dari yang sampai jutaan sampai ada yang ribuan, tergantung jenis dan tebal buku. Keadaan pusat berbukuan ini juga cukup nyaman, kios-kios buku tertata dengan rapi dan didukung dengan keadaan yang bersih. Hal ini menyebabkan para pengunjung dapat betah berlama-lamaan dipusat buku, sambil memilih-milih buku yang sedang dicari.

Bu Mini, merupakan salah satu nama toko buku yang berjualan di pusat perbukuan tersebut. Nama lengkap pemilik toko itu adalah Sri Rukmini. Ibu Sri Rukmini atau yang biasa dipanggil Bu Mini sesuai dengan nama tokonya, sudah berjualan disana sejak tahun 1988. Dari dulu sampai sekarang Bu Mini selalu berjualan sendiri tampa melibakan pegawai. Hal ini dikarenakan selain toko yang dimilikinya kecil, penghasilan yang didapatkannya juga tidak menentu. Penghasilan dari berjualan buku tertinggi yang pernah diterimanya dalam sehari ialah 150.000,00. Kebanyakan dalam sehari ia hanya mendapatkan 20.000-30.000 atau tidak mendapat keuntungan sama sekali karena bukunya tidak terjual satupun. “lha ngeh pripun mbak, kadang blas mboten wonten sing tumbas”, ujar bu Mini.

Di toko kecil itu bu Mini berjualan buku baru dan juga buku bekas. Buku-buku yang dijual ditoko itu didapat dari koprasi dengan sistem bayar harian atau tuntas. Yang dimaksud sistem bayar harian ialah setiap hari petugas koprasi akan mendatangi toko untuk menagih uang buku. Sedangkan sistem bayar tuntas ialah pembayaran secara lunas saat pengambilan buku di koprasi. Harga buku yang dijualpun bervariasi atau bisa dibilang tidak terlalu mahal. Buku baru dipatok dari harga 125.000,00-15.000,00 sedangkan buku bekas 60.000,00-5000,00 tergantung dari jenis dan tebal buku. (Suci Purbatin_4D_09.1.01.07.0146_Feature)

Wanita Perkasa Malioboro (By Yuyun Nurmawati)

“Alhamdulillah, diparingi sehat daripada nganggur-nganggur mending pados arta.”

2013-05-31 16.14.15Kalimat ini meluncur ikhlas dari bibir tua si Mbah. Di tengah ramainya Jalan Malioboro yang membentang dari Tugu Yogyakarta hingga ke perempatan Kantor Pos Yogyakarta, kakinya masih lincah berjalan dengan membawa beban berat di punggungnya. Si Mbah ini bernama Kemiyem. Dia adalah salah satu dari puluhan tukang gendong yang ada di Jalan Malioboro.

Profesi yang kerap disebut dengan tukang gendong, kuli panggul atau buruh gendong ini telah ia lakoni selama hampir setengah abad. Ya, di usianya yang telah mencapai 68 tahun ia masih eksis menjalani profesi ini. Jarak rumah yang berada di Kulonprogo dengan Jalan Malioboro yang cukup jauh, tidak mengurangi semangat si Mbah untuk tetap bekerja. Setiap hari ia memulai bekerja pada pukul 09.00 hingga 17.00 WIB. Ia berkeliling sepanjang Jalan Malioboro untuk mencari pengguna jasanya. Para pengguna jasanya tidak hanya pedagang di pinggiran Jalan Malioboro dan Pasar Beringharjo, tetapi juga pembeli yang belanja dalam jumlah banyak.

Untuk urusan bayaran, ia tidak menentukan tarif khusus untuk menyewakan jasanya. Si Mbah menyerahkan sepenuhnya urusan tarif kepada penyewa.
“Kula mboten ndamel tarip-taripan, pun sakikhlase mawon ngeten niki,” ujar Mbah Kemiyem.
Hal ini menyebabkan penghasilannya tak menentu. Dalam sehari ia rata-rata hanya mendapatkan 60-80 ribu rupiah. Jumlah tersebut bisa berkurang atau bertambah bergantung pada jumlah pengguna jasa dan ongkos yang diberikan. Meski kadang ongkos yang diberikan kecil, si Mbah tetap setia mengikuti penyewanya berbelanja dan membawa barang mereka sampai tujuan akhir.

Di usianya yang tak muda lagi, seharusnya Mbah Kemiyem beristirahat dan menikmati hari tua bersama keenam anak dan 14 cucunya. Namun, si Mbah enggan melakukannya. Menurutnya daripada menganggur di rumah dan selagi masih sehat, lebih baik bekerja. Hasilnya selain untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan pegangan di masa tua, juga untuk memberi uang jajan kepada cucu-cucunya.

Keberadaan tukang gendong atau kuli panggul ini menurut pedagang sangat membantu. Terutama ketika kios akan tutup pada sore hari dan ada transaksi antar kios.
“Wah, mbah-mbah itu meski sudah tua, masih kuat lho. Barang satu karung seperti ini masih sanggup digendong,” ujar Suci, salah satu pemilik kios. Meski terkadang merasa iba, namun para pedagang tetap menyewa tukang gendong ini untuk membawa barang dagangan.

“Ya sebenarnya kasihan, tapi kalau tidak disuruh seperti ini, nanti mereka tidak ada penghasilan. Lagipula mbah-mbah ini juga nurut saja, dibayar berapapun pasti mau. Jadi ya sangat membantu,” tambahnya.

Keberadaan para wanita sebagai kuli panggul di Jalan Malioboro memang bukan hal baru. Meski demikian, mereka patut diacungi jempol atas usahanya untuk menyambung hidup. Mbah Kemiyem dan kuli panggul lainnya adalah contoh wanita perkasa Indonesia. Mereka memilih untuk bekerja lebih keras daripada seharusnya.
“Mboten nopo-nopo. Abot-abot sing penting halal,” kata Mbah Kemiyem sambil tertawa.

Sebuah ucapan yang sangat berharga dari seseorang yang sederhana. (Yuyun Nurmawati,_09.101.07.0171_Feature)